Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras dan menyiksa diri adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Kenapa ? karena hati dan perasaan kita masih sempit.
Menilai diri kita lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, saleh, tampan, dan merasa sukses. Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang menilai kita kurang atau tidak sepaham sedikit saja akan langsung tersinggung.
Ketika tersinggung, minimal orang akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain Hari-harinya menjadi tidak nyaman, pikirannya menjadi keruh, dan penuh rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilaluinya sering kali diisi kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan, terkadang kebencian, bahkan dendam kesumat. Dia pun akan mudah tersinggung, dan kalau sudah tersinggung seakan-akan tidak ada kata maaf. Hatinya baru terpuaskan dengan melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya. Karena itu, tak heran bila menjelang tidur, otaknya berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan rasa dendam yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan pada orang yang dibencinya. Jadi sengsara dan ikut berdosa bukan ?
Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri. Kita harus mengondisikan hati agar selalu siap untuk dikecewakan. Hidup ini tidak akan selamanya sesuai dengan keinginan. Artinya, kita harus siap dengan situasi dan kondisi apapun. Kita jangan hanya siap dengan kondisi enak saja. Kita harus siap dengan kondisi yang paling pahit dan sulit sekalipun. Benarlah bila pepatah mengatakan: “Sedia payung sebelum hujan”. Artinya, hujan atau tidak hujan kita harus selalu siap.
Kalau toh ada yang mengecewakan, maka jangan terlalu dipikirkan. Mengapa ?. Kita akan rugi oleh pikiran kita sendiri. Sudah lupakan dan maafkan saja, karena yang memberi dan membagikan rezeki hanyalah Tuhan semata; juga yang mengangkat derajat dan menghinakan manusia juga hanya Tuhan. Apa perlunya kita pusing dengan omongan orang ?. Apalagi kalau kita tidak salah dan berada di jalan yang benar. Biar pun orang tersebut kelelahan menghina kita, sungguh tidak akan berkurang sedikit pun pemberian Tuhan kepada kita. Kita tidak akan hina dengan cemoohan orang. Kita hanya akan hina dengan perilaku kita sendiri.
Hidup di dunia ini hanya satu kali. Hanya sebentar, belum tentu panjang umur. Amat rugi kalau kita tidak bisa menjaga suasana hati. Kekayaan yang sangat mahal dalam hidup ini adalah suasana hati. Walau rumah kita sempit, tapi hati kita lapang, maka akan terasa lapang pula hidup kita. Walau tubuh kita sakit, tapi kalau hati kita sehat, maka hidup akan lebih tenang. Walau badan kita lemas, tapi kalau hati tegar, maka jiwa kita insya Allah akan terasa lebih mantap.
Kamis, 17 September 2009
Ketika Hati Tersinggung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar